Kamis, 21 Maret 2013

Kisah Hari Ulang Tahun Tini

        Tini, adalah anak kelas 4 SD yang bersekolah di SD Bintang Jaya, sekolah yang cukup mewah. Tapi Tini bukanlah anak dari kalangan berada seperti anak-anak lainnya. Tini mendapat beasiswa untuk bersekolah di SD Bintang Jaya karena ia adalah orang tak mampu. Ayah Tini merantau ke suatu pulau dan menjadi nelayan disana. Kakak Tini telah meninggal setahun yang lalu. Tini tinggal di rumah kecilnya bersama ibu dan adiknya, Asih.
         Tini sangat baik. Teman-teman semua suka kepadanya. Dia mempunyai 4 sahabat yang semuanya adalah orang kaya, yaitu Alma Salsa Andini (Alma), Kamila Diandra Anindia (Ami), Karina Febria Nasution (Karina), dan Hanna Maureen Amanda Putri (Hana). Mereka semua tak pernah melihat Tini dari sisi kekayaan.
          Suatu hari, Ami membagikan kartu undangan untuk acara ulangtahunnya besok lusa. Termasuk untuk Tini, “Ini buatmu, kuharap kau datang ya”, ucap Ami tersenyum.
Tini balas tersenyum membaca undangan itu, Ah, kartu undangannya saja sudah mewah… gimana pesta ulang tahunnya coba ya? kuharap dia mau menerima kado sederhana dariku, ucap Tini dalam hati.
          Di hari ulangtahun Ami, Tini memakai pakaian sederhana, baju terusan pink muda dan sandal bekas pemberian seorang ibu-ibu kaya yang baik. Dari rumah Tini menuju rumah Ami hanya membutuhkan waktu sepuluh menit saja dengan berjalan kaki.
“Wah! Bagus sekali rumahnya.., andai ini rumahku… Tini malah melamun. Dia memang belum pernah ke rumah Ami. Sesampainya didalam, Tini berlari kecil kearah Ami dan buru-buru memberikan kadonya.
“Duh, Tini, ngapain pakai kado segala lagiii? Yang penting kamu datang juga aku sudah senang… Makasih, ya! Repot-repot amat!”, kata Ami.
Tini malu sekali saat Ami memanggilnya untuk naik keatas panggung menerima sepotong kue ulang tahun. Oya, Tini memberikan sebuah bingkai foto dari kardus bekas, hiasannya dari sepatu-sepatu bekas Barbie punya anak seorang ibu kaya yang sangat baik dan juga gambar-gambar kecil.
Tini selalu begitu, setiap ada sahabat atau temannya yang berulang tahun, dia merasa tak enak tak membawa apa-apa. Dia sering kali melihat saudara atau teman-temannya itu membawa kado mewah seperti skuter, bola basket, tas, dan lain-lain. Jadi dia selalu memberikan kado kecil dari barang bekas, seperti bingkai foto dan sebagainya. Pada hari ulang tahun Alma beberapa waktu lalu, Tini memberikan buku yang dihias dan diwarnai, begitu juga pada hari ulang tahun Karina, Hana dan yang lain.
Sebenarnya sahabat-sahabatnya itu tak mengharapkan kado dari Tini sama sekali. Mereka hanya mengharapkan Tini datang saat mereka ulangtahun. Kalau Tini… ah! Ulangtahun tak ada apa-apa baginya, malah tahun lalu saat dia ulang tahun, dia tak memberi tahu teman-temannya, sampai sahabatnya sudah kelupaan
Bulan Agustus tiba, tanggal 23 ada sesuatu, yap! Tini ultah! Teman-teman sekelasnya sepakat memberi kejutan, sepulang sekolah, saat Tini telah keluar kelas, semuanya berkumpul di dalam kelas, tentu setelah yang piket membereskan kelas dan guru-guru keluar.. kan ultah Tini 5 hari lagi.
“Ngasih apa nih?” seru Bella tiba-tiba.
“Iya! Kita belum tau kan mau kasih apa? Sekarang sudah tanggal 20! Tinggal tiga hari lagi!” sahut Salsa.
“Kita kasih kado saja! Setiap aku ulang tahun, Tini pasti udah berusaha buat kado sebagusnya! Sekarang kita balas, kita kasih dia kado! Apa kalian juga begitu, saat kalian ulangtahun?” seru Ratu.
Semua mengangguk.
“Kita bikin kejutan aja! Setuju gak?” tanya Kayana.
“Kejutan apaaa, neng?” seru Pelangi.
“Apa saja. Mungkin kayak yang biasa, pecahin telur plus siram terigu dan air” kata Kayana.
“Sssst! Ssssttt! Diem dulu, ah! Kayana, Pelangi!” kata Maulida. Semua malah ribut,
“Hellowww…! Jangan ribut ah!” teriak Fenny.
“Udah, dong…! Hoi! Diem duluuu! Mau gak pulang-pulang apa sih??” Seru Windy.
“Rumahku kosong! Ini masih jam dua! Aku gak pengen pulang dulu, orang rumah terisi lagi jam tujuh malam kok! Rapat sampe jam tiga aja. Lagi pula, kita mau ke lapangan futsal dulu! Weee!” Anton menjulurkan lidah.
“Huu! Diem!” Windy membalas.
“Udah, udah ah. Kita tanya ama Alma aja!” seru Karina melerai.
Yap, Alma lah ketua kelas.
“Hmmm… Gimana… kalau… kalau… kalau…” ucap Alma berpikir.
“Kalau aja terus! Kapan coba ngomongnya!” Potong Doni, anak paling jahil.
“Diem kamu! Ada usul, Al?” ucap Hana.
“Gimana, kalau kita ngumpulin uang aja? Patungan beliin kado dari sekelas buat Tini! Terus, tapi kalo ada yang mau ngasih kado dari sendiri gapapa! Tapi tetep ngumpulin uang ya!” kata Alma.
“Berapa? Aku lagi bokek, neh!” Teguh mengeluarkan dompetnya.
“iya, berapa Al?” seru semuanya.
“Bundaku tadi ngasih uang cuma 15.000,00 rupiah! Jadi jangan banyak-banyak!” seru Lisha.
“Rp500,00 rupiah saja, kok! Kalian semua pasti punya!” seru Alma menjentikkan jari sambil tersenyum manis.
“Lha? Lima ratus rupiah doang? Kirain Rp5000,00 gitu… Yah, Kalo cuman Rp500,00 rupiah doang, aku punya! Kasihin sekarang ya?” . Teguh mengeluarkan koin Rp500,00 rupiah.
“ya! Uangnya kumpulin aja dulu ke aku” kata Alma, dia mengeluarkan mangkok kecil plastic, bekas cat yang dibawanya, plung!
Alma memasukkan sekeping koin Rp500,00 ke mangkok kecil plastic bekas itu, “Yang punya, tolong kumpulin sekarang” , ucap Alma, memberikan mangkok itu kepada Azha, bendahara.
“Gak ada Rp500,00 yang sekeping nih Al… Jadi gini aja ya” , Fafa memasukkan dua keping koin Rp200,00, dan sekeping koin Rp100,00, jadinya lima ratus.
“Gak apa apa” kata Alma.
Semuanya langsung memasukkan koin Rp500,00, tak ada yang terpaksa, semuanya ikhlas… jadi, terkumpullah koin-koin Rp500,00 dari sekelas, yap! Sekelas 4A ada 40 anak…
“Udah, Al. Terus, mau dibeliin apa? setiap orang cuman ngumpulin Rp500,00, kumpulannya sedikit! Bisa dibeliin apa, hoy?” seru Azha, menoleh sebal pada Alma.
“Ssst! Kan, aku udah bilang… Ini kado dari sekelas, yang mau kasih kado lagi, silakan… kita sekelas ada 40 anak, dikurangi Tini 39, jadi jumlahnya ada Rp20000,00 rupiah. Yah gak tau aku ngitungnya bener nggak, pokoknya sekitar segitu. Kita belikan saja se-set pensil, penghapus, penggaris, jangka, dsb. Kan, hanya Rp 17.000,00…” kata Alma.
“Oalah… Tapi kamu yang beli, ya! Aku di rumah sibuk” , kata semuanya.
“Aku temenin, deh Al..” kata Hana,
“Mamaku dan papaku pulang jam enam”, kata Hana lagi.
“Aku juga, ya Al! Ummi dan Abi bakal pulang jam 6:30. Di rumah Cuma ada kakak”, kata Nia.
Sore pukul setengah lima setelah mandi, Alma, Hana, dan Nia pergi ke tempat kado, mereka memilih se-set alat tulis warna kuning dan oranye, harganya Rp 17.500,00, dan Rp 25000,00-nya mereka beli kertas kado, kertas kadonya Winnie The Pooh, adanya itu… hehehe,,
“Aku juga mau beli hadiah untuk Tina dari aku sendiri! Ntar, pasti Mama mau membelikanku. Di supermarket atau toko mainan aja. Aku mau ngasih macam-macam ah… Soalnya besok Mama katanya baru gajian. Ngasih… sepatu, kaus kaki, baju, dan lainnya” kata Hana.
“Aku juga mau. Pasti Ayah mau beliin. Aku ngasih tas aja ah, yang bagus” sahut Alma.
“Aku juga. Tapi belum tau ngasih apa” ujar Nia.
Keesokan harinya, hari Jum’at…mereka rapat lagi…
“Gimana nih? Masa… kita cuman beli kado? Gak ada makannya gitu?” tanya Lania, si gembul. Lania itu rambutnya sebahu ikal, beratnya 46! Gede banget kan? Gembul banget, sih…
“Iya, iya Lania… ayo deh, siapa yang mau nyumbang makanan, gak ada paksaan!” kata Arini wakil kepala kelas.
“Nah! Kebetulan juga… Tanteku dan omku, kemarin baru pulang! Dia bawa cokelat-cokelatan, wafer, dan sejenisnya! sampai berapa plastic, aku dikasih satu plastic besar.., kata mama aku boleh membawanya sebagian, saat ultah Tini” seru Karina gembira.
“Bagus, bagus…! Ayo, siapa lagi!! Ah, aku juga mau, ah…! Aku mau bikin kue lapis!” , kata Arini.
“Aku! Oya, minuman boleh kan? Aku bawa soda-sodaan deh!” kata Azha. “Boleh!” seru Alma.
“Aku, mau bawa kue bolu pandan buatan ku sendiri! Enak, deh..” Alma berseru.
Wah, sekarang makanan dan minumannya udah banyak! Ada yang mau bawa mie goreng, soda, jus, bolu, wafer, cokelat, dan 3 kaleng milkshake.
Tanggal dua puluh tiga, hari ulangtahun Tini, yaitu hari Minggu, hari libur, Semua teman-teman sekelas pergi ke rumah Tini. Tok! Tok! Tok!
Ibu Tini ternyata yang buka pintu,
“Lah? Ada apa ini?” Ibunya Tini amat terkejut, mungkin karena menerima tamu anak-anak yang buanyak!
“Bu, Tini kemana??” tanya Alma dan Bella. “Oya, kita teman-temannya Tini, bu” kata Ratu.
“Ooooh…ada perlu apa ya?? Oiya, Tini teh lagi jual gorengan buatan ibu, bentar lagi juga pulang… masuk, masuk” , Ibunya Tini mempersilakan masuk sambil tetap sibuk membuat gorengan.
Mereka masuk dan berdesak-desakan di rumah Tini yang mungil. Mungkin, rumah Tini sebesar kamar kalian yang orang kaya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu,
“Itu, kak Tini” ujar Asih adik Tini. Ternyata Tini!
Saat Tini buka pintu, kompak mereka mengagetinya, sampai Tini hampir jatuh.
“HAPPY BIRTHDAY, TINi!!!” teriak mereka serempak.
“Lha???? Ini ada apa?” , tanya Tini.
Tini senang sekaliiii… dia hampir menangis menerima kejutan dari teman-temannya.
“Oya, ini kado dari sekelas. Kalo ini, dariku.” Alma menyerahkan kado dari teman-teman sekelas dan darinya. Yang bawa kado sendiri buat Tini juga ikut menyerahkannya langsung..
“AKU JUGA DARI SENDIRI, NIH!!” Kata mereka kompak.
Wahh.. Semuanya ternyata bawa kado sendiri selain kado kelas.
Lalu mereka makan-makan deh! Asih terlihat kepingin, namun mungkin dia malu. Ibu Tini hanya menatap teman-temannya dengan terharu…
“Ayo, bu! Ikut aja, makan! Asih, ayo! Kakak-kakak bawa makannya banyak, banyak banget! Asih ambil aja kalo mau!” ujar Alma.
Tiba-tiba nasi goreng tinggal sedikit!
“Lania, hoi… jangan dihabisin!” Yana menyenggol bahu Lania yang sedang melahap nasi goreng makanan kesukaannya di piring sederhana ibu Tini.
“Iya, Lan!” Alma menyenggol bahu Lania, Asyla menginjak kaki Lania. Lania melotot, tapi dia berhenti makan.
“Bener, Asih boleh?” Tiba-tiba Asih bertanya pelan, berbinar.
“BOLEH!” kata Alma, Asyla, Kirana, dan Thira.
Asih langsung mengambil sepotong bolu,
“Nyam! Nyam! Enak banget… Ibu! Asih suka bolu ini! Kita beli ya bu entar!” seru Asih. Ibu Tini mengangguk, lalu menggeleng. Asih memakan itu, lalu mengambil sebatang cokelat.
“Asih… kamu enggak boleh gitu…” kata ibu Tini melihat Asih ambil sana-sini.
“Eh, eh… gak apa-apa, Asih! Ini cokelatnya, wafer, mie, bolu, masih banyak!” Kata Manda yang di kepang dua, tersenyum.
“Ibu… Asih mau mie..” . Asih berbisik bada ibunya, melihat mie goreng.
“Asih, gak boleh begitu dong…” Ibu Tini agak malu.
“Ih! Ayo, ayo! Gak apa-apa lho… ayo, Asih juga ambil aja, tehnya, dan soda!” seru mereka semua.
“Enak. Beda rasanya sama yang biasa kita bikin! Pasti mahal ya!” seru Asih polos.
Ibu Tini, dan tini berterimakasih berkali-kali… Sedangkan sisa makanannya, mereka tinggalkan di rumah Tini, siapa tau, Tini dan adiknya masih mau! Hehehe…
Setelah Alma dkk. pergi, Tini membuka kado-kadonya, wah! Alma memberinya sebuah tas putih! Ada yang memberi sepatu, baju, celana, boneka, sandal, sepatu, dan ada yang memberinya seragam! Tini benar-benar senang dan terharu!
Senin pagi, kedatangan Tini disambut gembira oleh semua temannya..
“Terimakasih atas kejutan yang kemarin ya, Teman-teman!” Seru Tini dengan wajah cerah, bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More